KESAMAAN NAMA ATAU TEMPAT HANYALAH KEBETULAN BELAKA

Sabtu, Juli 31, 2010

Tuah (babak 2)

Desir angin membelai rumpun bambu, membawa kesejukan siang itu. Seakan berusaha mengobati gundah seorang wanita berbaju kurung sutra, yang sedari tadi hanya duduk merenug memperhatikan tiga pemuda di seberang lubuk.

" Ranti, apa yang kau pikirkan?" tanya suaminya sambil megosok bedil kesayangannya.
"ah... Tak ada" elak nya, mesti pun matanya tak bisa berbohong.
Namun Sati Datuak Tambijo, suaminya tak memperhatikan itu.

Sati adalah salah seorang penghulu (ketua suku ) di kenagarian marabuo. Darah bangsawan telah membentu wataknya yang suka berpoya-poya. Banyak waktu luang baginya, walau cuma utuk berburu dan pulang tampa membawa hasil sedikitpun jua.

" Katik, siapkan semua bekal, kita berangkat!!"

***

Di seberang lubuk, seorang pemuda berbaju lusuh dan bermuka masam, duduk menunggu kailnya di sentuh ikan.
"apa yang kau lihat? Umpanmu dimakan tuh" sela kutak

"diam saja kau kutak" jawab sukat menarik kailnya. Sebenarnya dari tadi, perhatiannya cuma tertuju pada seorang wanita di seberang sungai. Wanita yang dari dulu hingga sekarang masih ia sukai, dan mungkin saja menjadi istrinya, jika saja ia bukan anak dari seorang penyamun yang kabarnya merampok di rumah datuknya sendiri di kampuangtangah.

Hal itu juga yang membuat sukat di sisihkan oleh masyarakat, dan ia tak pernah diundang dalam acara apapun. kecuali acara turunmandi(akhikah)nya andamsari adik bunsunya Ranti, itupun karna Ranti sendiri yang mengundang.

Jumat, Juli 16, 2010

Tuah (babak 1)

Awalnya semua begitu gelap. Hingga sedikit demi sedikit cahaya masuk, setelah sebelumnya menerobos celah dinding anyaman bambu yang lusuh. Semakin lama isi ruangan itu dapat terlihat dengan jelas, hanya ada seorang pria yang tidur sambil menggaruk tubuhnya, terutama bagian belakang.

"Sukat!!! Bangunkau!!! Ayo kita mamapeh (memancing) di lubuk kanti" teriak seorang pemuda.

"hm... Kaunya Kutak. Dah siang kah" jawab nya sambil menggosok mata dan kembali menggaruk badannya.

" ah kerjamu tidur saja, tak lapar kau?" sela pemuda bermata juling lain yang tiba tiba muncul dari belaka kutak.

"ah diam saja kau Sinok" balas sukat" ayo kita pergi."

¤¤¤
Powered By Blogger